3. Trik Induksi Kotor Anam

Dari semua kamar di tempat kos saya, kamar saya adalah kamar dengan ukuran paling luas. Kamar-kamarnya tersusun membentuk pola huruf “O” dengan halaman luas ditengahnya dan yang terpenting terpisah dari rumah bapak pemilik kos. Karena tempatnya nyaman maka kos saya selalu ramai dijadikan ajang nongkrong, main catur, belajar kelompok hingga dapur umum.

Saya sebagai orang yang memiliki banyak teman dan kamar yang paling luas terkadang merasa bahwa kamar saya lebih mirip posko bencana alam, penuh sesak dan ramai terutama hari sabtu. Semuanya mulai berubah menjadi kurang nyaman bagi saya ketika sebagian besar teman saya menekuni seni musik. Hampir tiap lima orang punya satu grup band di kampus padahal kami kuliah di jurusan akuntansi. Setiap hari kamar saya dipenuhi orang-orang yang bermain gitar, bernyanyi dan mereka yang membahas masalah musik. Dan saya merasa tidak bisa menyesuaikan gelombang komunikasi lagi dengan teman-teman saya. Anda tahu kenapa? Saya adalah satu dari sedikit orang di dunia yang awam sama sekali tentang musik. Saya senang menikmati musik tetapi tidak untuk memelajarinya.

Pada sabtu malam yang cerah, seperti biasa para musisi pemula ini pamer aksi di lingkungan kamar saya. Saya kumpulkan mereka dalam kamar saya untuk membicarakan hal penting. Hari itu saya memutuskan untuk menjadi populer. Bukan di bidang musik tapi bidang lain yang tidak bisa dilakukan oleh seorang pemusik yaitu hipnosis. Saya berkata, “Temanku, selama ini aku merahasiakan satu hal kepada kalian. Dan aku rasa sudah saatnya kalian tahu siapa diriku yang sebenarnya”. Kontan delapan orang yang duduk di hadapan saya cuma terdiam sambil menerka-nerka kelanjutan dari ucapan saya. Saya melanjutkan, “Jaga rahasia ini, aku adalah ahli hipnotis!”. Saya gunakan kata hipnotis agar mereka mengerti. Hampir seluruhnya menertawakan saya tapi dari delapan orang ada dua orang yang selain tertawa paling keras juga memberi ejekan kepada saya. Dengan percaya diri saya tunjuk salah satunya yang tadi mengejek dengan suara paling keras. Saya berkata, “Kamu yang tertawa paling keras maju ke sini. Akan aku hancurkan ejekanmu dengan bukti nyata”. Orang tersebut berdiri dan mendekat kepada saya yang juga dalam posisi berdiri. Saya pandang dia selama beberapa detik kemudian saya teriakkan kata “tidur” dan dia langsung terjatuh ke lantai terkapr lemas dengan mata terpejam. Saya lakukan hal sama pada orang kedua yang tadi juga mengejek saya. Hasilnya dua orang terkapar di lantai dan enam sisanya terbelalak kagum, kaget takut, tidak percaya atau mungkin heran.

Apakah aksi saya berhenti sampai disitu saja? Tidak. Enam orang yang masih duduk saya minta memandang telapak tangan kanan yang saya angkat. Sesaat setelah mereka memandangnya, saya turunkan posisi terlapak tangan saya secara tiba-tiba dengan diikuti kata “tidur”. Dan akhirnya jumlah orang yang terkapar bebas di lantai ada delapan orang. Suara gaduh di kamar saya mengundang keingintahuan penghuni kamar yang lain. Mereka segera bergerombol melihat saya berdiri di depan teman-teman saya yang berbaring di lantai. Singkatnya, malam itu menjadi praktik induksi saya dan sekaligus pertunjukan hipnosis panggung saya yang pertama kali. Esoknya berita tersebar luas di kampus dan dalam waktu singkat saya kemudian memiliki lebih dari cukup klien sebagai bahan untuk eksperimen hipnosis. Tentu saja mereka melakukannya dengan suka rela dan saya sangat gembira. Inilah yang disebut belajar gratis dari lingkungan.

Anda mungkin penasaran tentang keberanian saya melakukan hipnosis di hadapan begitu banyak orang. Padahal sebelumnya saya menyatakan belum pernah praktik sama sekali. Inilah mengapa saya menuliskan kata TIKA sebagai judul kisah ini. TIKA bukan nama kekasih saya, bukan dosen saya dan bukan juga saudara saya. TIKA adalah kependekan dari TRIK INDUKSI KOTOR ANAM. Hei, apanya yang kotor? Ya tentu saja teknik induksinya atau teknik menghipnosisnya yang bermasalah. Dua orang teman saya yang pertama saya hipnosis adalah ”aktor” yang membuat aksi saya menjadi dramatis. Sedangkan “korban” sebenarnya adalah enam orang yang menonton atraksi fiktif tersebut. Nanti lebih lanjut dalam pembahasan buku ini anda akan pelajari bahwa pra induksi yang sempurna adalah kunci untuk membuat semuanya berjalan lancar.

TIKA bukan sesuatu yang pantas dibanggakan menurut saya. Tapi efek yang ditimbulkan untuk kepercayaan diri saya, kepercayaan calon klien saya dan semua hal yang mendukung eksperimen saya dalam dunia hipnosis meningkat pesat. Saya tidak berharap anda menirukan penggunaan TIKA karena isi website Zona Hipnotis ini akan membekali anda pengetahuan yang lebih dari cukup untuk melakukan hipnosis dengan “bersih”, cepat dan efektif. Jadi, bergembiralah!