Materi ke-23
Kalibrasi: Mengenali Isyarat Non-Verbal Pasien
Pasien menyampaikan Komunikasi Lisan sesuai dengan Keyakinan Sempitnya
Setiap kali menangani pasien, ada satu hal yang sering saya
perhatikan; biasanya mereka berusaha menyampaikan simptomnya secara
hati-hati. Ini mudah dimengerti karena untuk memutuskan mendatangi
terapis, seseorang tentunya memerlukan sekian waktu untuk menimbang,
untuk berpikir, dan termasuk untuk memberanikan diri membuat keputusan.
Sering mereka tidak bisa menyingkirkan sepenuhnya anggapan bahwa di
bawah pengaruh hipnosis orang akan membongkar semua rahasianya.
Dan ketika mereka bisa diyakinkan bahwa hipnosis aman, mereka
tetap menyimpan kewaspadaan untuk menyampaikan saja apa yang mereka
pikir perlu diketahui oleh terapis. Jadi, ia melakukan seleksi. Ia
menyampaikan informasi yang sudah difilter oleh pikiran sadarnya.
Sejumlah informasi yang anda sangat ingin dengar mungkin justru tidak
disampaikan, karena pasien berpikir anda tidak perlu tahu hal itu. Atau
biar itu menjadi rahasia mereka.
Karena itu anda selalu perlu mengembangkan kecakapan
menelisik, seperti yang dilakukan oleh para detektif, untuk mendapatkan
informasi
Dan hal lain yang perlu anda sadari, mereka akan menyampaikan
informasi dengan cara pandang mereka selama ini yang jelas-jelas telah
menimbulkan masalah. Mereka menyodorkan kepada anda segala sesuatu
dengan keyakinan terbatas yang selama ini dipegangnya.
Komunikasi non-verbal
Maka, tugas andalah untuk mendengarkan secara cermat apa yang
disampaikan oleh pasien dan mengajukan pertanyaan yang tepat untuk
mendapatkan jawaban yang nantinya bisa digunakan untuk membantu pasien.
Pada sesi tanya jawab ini kebanyakan pasien menyampaikan jawaban secara
tidak rapi. Dan sesungguhnya mereka tidak hanya menyampaikan informasi
secara lisan. Sebagian jawaban mereka sampaikan melalui bahasa tubuh,
melalui perubahan nada dan tekanan suara, melalui perubahan tarikan
nafas, melalui ekspresi wajah, melalui tatapan mata, dan sebagainya.
Tidak seperti penyampaian lisan mereka, aspek-aspek komunikasi non-verbal ini biasanya tidak direncanakan oleh pasien.
Memang tentu saja akan sulit bagi pasien untuk memanipulasi
komunikasi non-verbal mereka karena itu adalah bahasa bawah sadar dan
karena itu lebih alami dan lebih spontan. Jika anda mengasah kejelian
anda terhadap bahasa non-verbal ini, anda akan mendapati bahwa
komunikasi non-verbal ini seringkali memberi anda informasi penting
berkenaan dengan penyebab masalah pasien anda dan bagaimana masalah itu
tetap ada.
Seorang teman saya, praktisi hipnoterapi amatir yang
melakukannya sejauh ini lebih banyak untuk menangani teman-teman
sendiri, menceritakan kepada saya bahwa ia sering merasa jengkel
menghadapi pasien yang tidak jujur menyampaikan informasi. “Itu
menjadikan sesi berjalan tersendat-sendat karena saya tidak memperoleh
informasi yang memadai tentang penyebab masalahnya,” katanya. “Mau
dibantu kok malah tidak jujur.”
Saya bilang kepadanya, “Dalam banyak kasus dengan pasien, kita
seringkali harus menggunakan intuisi. Dan intuisi hanya bisa terasah
ketika kita memperbanyak pengalaman. Tidak bisa kita menggunakan intuisi
jika kita tidak tahu apa-apa tentang subjek yang kita hadapi.”
Dalam hal subjek menyampaian informasi “tidak jujur”, yang
terjadi seringkali adalah ketidakcocokan antara komunikasi verbal dan
komunikasi non-verbal. Ada yang tidak kongruen antara informasi sadar
dan informasi tidak sadar.
Dengan cara mendisiplinkan diri untuk memberi perhatian kepada
detail-detail komunikasi, anda bisa mengetahui bagaimana cara
menghadapi situasi seperti itu. Anda beruntung jika memiliki
rekaman-rekaman sesi anda, entah itu rekaman video maupun rekaman audio.
Rekaman video tentu saja lebih baik karena anda bisa memutar kembali
sesi tersebut, mendengar dan melihat lagi sesi itu berlangsung.
Saya lebih sering merekam audio karena itu bisa saya lakukan
sendiri tanpa keterlibatan orang lain selain saya dan subjek. Dengan
memutar ulang rekaman itu, saya bisa mencermati bagaimana tanya jawab
berlangsung, mempelajari lagi setiap kata dan perubahan nada bicara,
jeda antarkalimat, dan keraguan pasien saat menyampaikan informasi
tertentu.
Itu saya lakukan untuk melakukan pengkajian ulang terhadap apa
yang sudah saya lakukan bersama pasien atau subjek saya. Rekaman audio
itu cukup membantu saya untuk bisa membayangkan bagaimana sesi berjalan.
Yang lebih penting dari itu, saya bisa belajar banyak dari
sana tentang aspek-aspek komunikasi non-verbal. Jeda, perubahan nada
suara, keraguan pasien dalam menjawab adalah aspek-aspek komunikasi
non-verbal. Dari mengkaji kembali sesi-sesi yang sudah berlangsung, kita
bisa mengetahui bagaimana respons kita sendiri pada saat itu. Saya
pikir ini studi yang berguna, dan karena itu hingga sekarang saya masih
meneruskannya.
Mencermati kembali sesi-sesi yang telah berlangsung akan
membuat anda mempelajari banyak hal yang tak terpikirkan ketika sesi
berlangsung. Dan anda bisa meningkatkan kepekaan intuitif anda dengan
cara itu.
Komentar Tak Sadar
Dengan terus mengasah intuisi, kita akan terhindar dari
kejengkelan dan sikap menghakimi bahwa pasien tidak jujur. Anda tahu
bahwa jika terjadi ketidakcocokan antara bahasa lisan dan bahasa tubuh,
keduanya menyampaikan informasi kepada anda. Kedua jenis komunikasi itu
memiliki kandungan informasinya masing-masing. Dengan keduanya pasien
menyampaikan informasi menyeluruh, dan dari sana kita bisa melakukan
penggalian lebih dalam.
Jadi, jika komunikasi verbal dan non-verbal tidak sesuai, anda
tahu bahwa ada yang tidak kongruen di sana. Tidak kongruen adalah
ketidaksesuaian antara kesadaran dan ketidaksadaran dalam memahami
masalah. Misalnya, pasien mungkin memikirkan satu hal, sementara di
level bawah sadar ia memikirkan hal lain. Ia tidak akan sadar pada
ekspresi bawah sadarnya. Ketika ia berkomunikasi, pikiran bawah sadarnya
menyampaikan informasi-informasi non-verbal, sementara pikiran sadarnya
menyampaikan informasi-informasi verbal. Sebagai terapis, anda perlu
memperhatikan kedua aspek ini.
Dalam istilah lain, komunikasi non-verbal bisa kita sebut
sebagai komentar langsung oleh bawah sadar atas informasi lisan si
pasien. Kalimat-kalimat positif dari pasien, yang disertai dengan
ekspresi wajah negatif, menandakan adanya kondisi tidak kongruen antara
pikiran sadar dan bawah sadar pasien.
Itu juga menandakan bahwa ada yang perlu digali lebih dalam
berkaitan dengan “komentar” bawah sadar pasien atas pernyataannya
sendiri. Misalnya, seorang perempuan membuat gerakan halus menutupi
mulutnya dengan jari ketika membicarakan suami. Bisa jadi itu
menyampaikan informasi bahwa sesungguhnya ia enggan membicarakan topik
tersebut dan mungkin masalahnya berkait erat dengan suaminya.
Untuk memastikan dugaan tersebut, anda perlu memperhatikan
apakah isyarat yang sama muncul berulang ketika pasien membicarakan
masalah yang sama. Jika ya, anda bisa menemukan sebuah pola.
Selanjutnya, jika pasien secara tidak sadar menyampaikan
isyarat serupa untuk topik pembicaraan lain, misalnya tentang ulang
tahun perempuan itu, anda bisa menggali lebih jauh kemungkinan adanya
hubungan antara kedua topik pembicaraan tersebut, yakni antara suaminya
dan hari ulang tahun. Bisa jadi keduanya saling berkaitan. Namun, bisa
jadi juga itu sekadar mekanisme umum pasien untuk melindungi diri.
Sangat penting mengasah kemampuan menangkap informasi
non-verbal, tetapi anda tidak perlu terobsesi untuk menganggap bahwa
semua isyarat non-verbal mengandung informasi tertentu dari bawah sadar.
Setiap isyarat non-verbal harus ditempatkan dalam konteks tertentu agar
anda bisa melakukan pembacaan secara tepat.
Catatan:
Setiap kali ada gejala tidak kongruen antara ucapan dan bahasa
tubuh, anda harus lebih mempercayai bahasa tubuh atau komunikasi
non-verbal pasien anda. Seperti yang sudah disinggung di atas,
komunikasi non-verbal adalah ungkapan tidak sadar dan ia lebih jujur.
Tapi ini tidak berarti bahwa pasien secara sengaja berniat membohongi
anda.
Pasien mungkin berusaha untuk sepenuhnya sadar dan mengontrol
apa yang ia sampaikan. Namun, pikiran bawah sadarnya menyimpan informasi
lain, dan biasanya lebih baik. Pasien mengungkapkan perasaan
terdalamnya, atau mungkin apa yang tidak tersampaikan secara lisan,
dengan komunikasi non-verbal. Dengan memperhatikan mimik muka pasien
saat ia menyampaikan pemikiran-pemikiran positifnya, sementara wajahnya
menyampaikan sesuatu syang negatif, maka menjadi lebih mudah bagi
terapis untuk melihat apakah pasiennya benar-benar sepositif ucapannya
atau negatif.
Respons intuitif anda diperlukan untuk menghadapi kondisi
tidak kongruen pasien. Karena itu, mencermati kembali sesi-sesi yang
telah berlangsung akan merupakan cara yang bermanfaat untuk meningkatkan
respons intuitif anda.
Salam,
A.S. Laksana