Hari ke-26 Memahami Pola-pola Bawah Sadar Pasien

Materi ke-26
Memahami Pola-pola Bawah Sadar Pasien

Bagaimana pasien mempersulit situasi dengan tindakan “mencoba”
Pasien anda mungkin menyampaikan bahwa ia sudah mencoba apa saja untuk mengatasi masalahnya, tetapi ia semua jalan selalu gagal. Orang sering mengatakan bahwa ia sudah mencoba apa saja tetapi semua tidak ada hasilnya. Situasinya tidak pernah berubah. Ringkasnya, semua jalan seperti buntu baginya.

Inilah alasannya kenapa pasien selalu gagal setiap kali mencoba menemukan cara untuk menyelesaikan masalahnya. Anda tahu, ketika pasien mengatakan mencoba, tindakan “mencoba” itu biasanya terjadi di level pikiran sadar. Ia berpikir keras di level pikiran sadar untuk menemukan solusi bagi masalahanya. Ia mencoba mencari sumber-sumber yang bisa dijangkau secara sadar untuk mengatasi masalahnya.

Celakanya, masalah sering berkembang di level bawah sadar. Maka, sekeras apa pun ia mencoba memeras pikiran sadarnya, ia tidak akan pernah bisa menemukannya. Di sinilah pangkal masalahnya. Kata “mencoba” pada akhirnya justru mengimplikasikan kesulitan. Semakin keras pasien mencoba untuk mengatasi masalahnya, semakin sulit jadinya.

Seorang remaja yang risau oleh jerawatnya yang memenuhi wajahnya, mungkin bisa frustrasi karena segala cara sudah ia coba untuk menghilangkan jerawatnya. Setiap melihat wajahnya di cermin, ia otomatis memijit-mijit jerawatnya. Kemudian, setiap saat tangannya bergerak otomatis memijit-mijit jerawatnya, terutama ketika ia sedang duduk-duduk saja tidak melakukan apa-apa. Ia mendengar bahwa jerawat tidak boleh dipijit-pijit, dan ia ingat itu. Tetapi semakin keras ia mencoba tidak memijit-mijit jerawatnya, yang ia lakukan sebenarnya justru memikirkan jerawatnya. Dengan cara ini, secara tidak langsung ia sebenarnya justru menguatkan perhatiannya pada makanan tersebut.

Dalam menghadapi pasien yang seperti ini, Erickson memberi tugas agar ibunya membawa anak itu pada waktu liburan musim dingin ke gunung, menyewa pondok kecil, dan menikmati liburan dengan bermain ski selama dua-tiga minggu di tempat itu. “Pastikan tidak ada cermin di pondok itu,” kata Erickson kepada si ibu. “Juga tidak ada cermin di mana pun, juga di tas riasmu.”

Pulang dari liburan, wajah si anak remaja itu sudah bersih. Jerawatnya hilang dengan sendirinya ketika si anak remaja itu menikmati situasi liburan musim dinginnya dan ia tidak memikirkan sama sekali masalahnya.

Saya memiliki pengalaman pribadi yang hampir serupa dengan hal ini, tetapi dalam soal kutil di jari tangan yang sudah bertahun-tahun tidak bisa hilang. Setiap saat saya selalu otomatis mengopek-ngopek kutil tersebut dan saya sudah mencoba menghilangkannya dengan berbagai cara. Ia tetap ada dan selalu tumbuh lagi karena akarnya tidak pernah tercerabut. Anak perempuan saya, yang masih balita waktu itu merasa heran dengan kutil tersebut, dan ia senang memegang-megangnya.

“Ini apa, Pak?” tanyanya.

“Mata ikan,” kata saya.

Pada suatu hari, anak saya memegang-megang jari tangan saya dan ia tidak menemukan kutil di sana. “Mata ikannya kok sekarang tidak ada?” tanyanya.

Saya melihat jari tangan saya, dan kutil itu memang sudah tidak ada di sana. Saya betul-betul tidak tahu kapan ia hilang dan bagaimana caranya hilang. Sebetulnya ada satu lagi kutil di daerah pinggir telapak kaki. Segera saya lihat bagian itu dan kutil di sana juga sudah tidak ada.

Sampai saat ini, saya tetap tidak tahu kapan ia hilang dan bagaimana caranya hilang. Dugaan saya, itu mungkin terjadi ketika saya diminta untuk mengerjakan skenario sinetron serial Laksamana Cheng Ho. Bagian yang harus saya kerjakan waktu itu adalah tujuh episode Cheng Ho di Jawa dan itu harus saya selesaikan dalam waktu satu bulan. Tujuh episode harus selesai dalam sebulan, itu membuat saya tidak memikirkan apa-apa yang lain.

Tetapi kemungkinan lainnya adalah kutil itu hilang karena saya terhanyut oleh cerita penanganan tentang remaja berjerawat oleh Erickson dan tanpa saya sadari saya terpengaruh oleh efeknya. Ini sangat berkaitan dengan kebiasaan saya untuk melakukan otohipnosis dengan cara membayangkan Milton Erickson berada di samping saya, dan melakukan induksi untuk membawa saya memasuki kondisi trance. Itu cara yang paling berhasil bagi saya untuk melakukan self-hypnosis setelah berbagai cara lain yang saya baca tidak pernah bisa membawa saya benar-benar memasuki trance.

Singkatnya, kutil itu hilang ketika pikiran saya tidak tertuju kepadanya. Dan secara sadar saya tidak tahu bagaimana ia hilang—sampai sekarang.

Jadi, berangkat dari pola bawah sadar dan dua contoh kasus di atas, yang bisa kita lakukan sebagai terapis adalah membuat pasien agar ia menyingkirkan perhatian sadarnya dari masalah yang ia hadapi. Kemudian membantunya menjangkau sumber-sumber yang tersembunyi di level bawah sadar, yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.

Terhadap pasien yang datang dengan masalah yang mungkin sudah sekian lama ia derita, saya sering mengatakan, “Anda terlalu keras memikirkan masalah anda, dan setiap kali anda memikirkannya, anda membuatnya semakin tumbuh.”

Kalimat itu, atau berbagai variasi penyampaian yang intinya seperti itu, sering membantu pasien untuk menemukan cara baru bagaimana mengatasi masalahnya.

Ketidaksadaran dan Situasi Jalan Buntu
Ya, saya perlu menyampaikan kalimat itu kerena pasien kebanyakan tidak menyadari bagaimana cara mereka sendiri mempertahankan masalah atau menjadikannya kian besar. Ini hal yang sangat wajar bagi tiap-tiap pasien. Mereka mencoba membuat diri mereka lebih baik Mereka biasanya tidak menyadari bahwa tindakan “mencoba” justru seringkali memperbesar masalah.

Sering pasien akan mendapati mereka berada dalam situasi jalan buntu, tak ada kesempatan untuk berhasil, tak ada pilihan. Setiap keputusan selalu membawa akibat buruk.

Sesungguhnya pasien akan mencoba mengatasi masalahnya dengan cara yang itu-itu terus, dengan cara yang selalu sama dari waktu ke waktu, meskipun itu cara yang gagal. Karena masalah tersebut menyita seluruh perhatian pasien, maka pasien sering tidak bisa membawa dirinya keluar dari masalah dan memandang masalahnya secara lebih objektif.

Seorang istri yang terlibat dalam pertengkaran bertahun-tahun dengan suaminya selama mereka berumah tangga mengatakan tentang suaminya, “Ia selalu begitu.” Pernyataan singkat itu mewakili bahwa orang memang selalu begitu, dan si istri juga sebetulnya selalu begitu. Ia memandang suaminya dari sudut yang sama sehingga suaminya itu tampak olehnya selalu begitu.

Terus-menerus membenamkan diri dalam pandangan subjektifnya, pasien cenderung untuk membatasi pemahaman dan pengetahuannya. Misalnya, pasien yang fobia terhadap tempat terbuka, mencoba membuat dirinya merasa nyaman dengan cara tidak keluar-keluar dari rumah. Ia memilih terus mendekam di dalam kamarnya.

Ia meyakini bahwa dengan terus mendekam di dalam kamar, ia membuat dirinya lebih baik. Pada kenyataannya, dengan cara begitu, ia membuat masalahnya semakin buruk. Mendekam di dalam kamar hanya membantunya mengatasi masalah dalam jangka pendek.

Pasien seringkali tidak menyadari bahwa mereka memenjarakan diri sendiri
Ketika pasien membenamkan dirinya sendiri pada pemahaman subjektif tentang masalahnya, ia tidak bisa melangkah keluar dari masalahnya dan melihatnya lebih objektif. Sering, ketika pasien menyadari bahwa yang selama ini ia lakukan adalah memenjarakan diri sendiri, ia akan ketawa. Kadang munculnya kesadaran ini bisa berfungsi terapetik dan seringkali juga memberikan pencerahan. Perubahan hanya mungkin terjadi ketika pasien menemukan cara berperilaku baru. Karena pasien tidak tahu bagaimana melakukannya, terapis menawarkan alternatif. Hipnosis, sugesti tak langsung, metafora, atau teknik-teknik tertentu bisa menyembuhkan karena dengan demikian pasien menemukan cara baru untuk menangani masalahnya.

Salam
A.S. Laksana