Interpersonal Trance

Perbedaan yang paling utama antara sesi terapi yang menggunakan gaya ericksonian dan hipnoterapis yang menggunakan cara tradisional adalah eriksonian menggunakan interpersonal trance yang berarti bahwa terapis menstimulasi kreativitas alam bawah sadar seseorang untuk mencapai hasil terapi yang diinginkan.

Salah satu cara bagi seorang hipnoterapis untuk membentuk interpersonal trance dengan klien adalah seperti berikut:
  • Hipnoterapis dan klien harus duduk dengan nyaman, dan saling pandang satu sama lain. Hipnoterapis kemudian dapat mengidentifikasi dan merilekskan semua masalah fisik atau emosional pada saat itu
  • Langkah berikutnya adalah untuk memfokuskan perhatian seluruhnya kepada subjek, melihat pola nafas, postur tubuh, tekanan otot, keadaan emosi, dll. Hipnoterapis pada saat ini sebaiknya membangun sebuah pola nafas yang nyaman dan beraturan dengan tujuan supaya pola nafas klien dan hipnoterapis menjadi sinkron, terkecuali ketika klien secara emosional mengalami kemarahan dan nafasnya pendek dan tidak beraturan
  • Hipnoterapis sekarang melakukan kontak mata dengan klien, terkadang melihat salah satu mata klien. Sebuah teknik yang efektif untuk mempertahankan kontak mata adalah untuk fokus ke sebuah titik di belakang mata kiri klien, kira-kira sejauh 1 kaki. Ketika mata kanan hipnoterapis terfokus kira-kira satu kaki di depan subjek, hal ini memungkinkan hipnoterapis untuk mengamati klien dan secara berlanjut mengumpulkan informasi tentang respon perilaku yang sedang terjadi.
  • Sampai titik ini, hipnoterapis mengizinkan pemikiran dan imajinasi melayang ke kesadarannya. Hipnoterapis boleh berkata secara bebas dan dengan mudah dari kondisi trancenya. Hipnoterapis juga harus memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan sesuatu dengan penuh emosi. Untuk berkomunikasi secara efektif, hipnoterapis harus berkalibrasi dengan ritmen klien, kemudian menyamakannya.
  • Hipnoterapis memfokuskan perhatian pada pengalaman klien saat ini dengan membuat raport pada klien. Supaya berhasil, terapis harus memiliki kemampuan sensory yang baik, dapat melihat respon dan perubahan-perubahan kecil yang terjadi di dalam diri klien dan kemudian mampu menyamakan dan menirukannya, begitu juga dengan penggunaan kata yang harus sesuai dengan diri klien.