Hari Ke-27 : Berkomunikasi dengan Pikiran Bawah Sadar Pasien

Materi ke-27
Berkomunikasi dengan Pikiran Bawah Sadar Pasien

Dalam hipnoterapi terapis selalu berpegang pada asumsi bahwa pasien memiliki pikiran sadar dan bawah sadar. Sebenarnya itu hanya sebuah model, sebuah interpretasi oleh para ilmuwan yang mendalami proses-proses kognitif manusia. Model ini dimulai sejak munculnya konsep Freudian tentang ketidaksadaran (unconscious), yang ditafsirkan sebagai tumpukan ingatan yang ditekan, terutama berkaitan dengan pengalaman-pengalaman seks di masa-masa awal.

Model tentang kesadaran dan ketidaksadaran ini kemudian berkembang luas ke arah persepsi-persepsi yang lebih manusiawi. Lebih luas dari persepsi awal Freud yang menekankan diri pada memori tentang seks yang ditekan di masa-masa awal, kini berkembang asumsi bahwa bawah sadar adalah gudang yang menyimpan segala sumberdaya dan kecakapan untuk digali dan dikembangkan. Dalam hipnoterapi kita menyodorkan istilah bawah sadar lebih ke pengertiannya sebagai gudang ingatan dan kecakapan.

Tiga Fungsi Bawah Sadar
Dalam menjalankan terapi, perlu bagi terapis untuk memahami fungsi-fungsi umum bawah sadar. Setidaknya kita bisa menyebutkan tiga fungsi pikiran bawah sadar.
  1. Pertama, sebagai benteng perlindungan diri dari perasaan-perasaan dan emosi traumatik. Dalam fungsi ini, ketidaksadaran menonjolkan beberapa pengalaman dan ingatan untuk melindungi pasien dari rasa sakit. Pengalaman-pengalaman dan ingatan-ingatan yang ditonjolkan ini seringkali pengalaman dan ingatan negatif. Namun, berbeda dari asumsi Freudian, pengalaman dan ingatan ini tidak harus selalu berkaitan dengan pengalaman-pengalaman awal tentang seks. Hasil akhir dari penonjolan ingatan-ingatan dan pengalaman buruk ini salah satunya adalah generalisasi.
  2. Kedua, sebagai gudang penyimpanan pengalaman-pengalaman dan ingatan-ingatan positif. Terapis menggunakan gudang positif ini sebagai sumber gagasan untuk melakukan intervensi terapetiknya.
  3. Ketiga, sebagai penanggung jawab proses-proses atau mekanisme otomatis dan penyembuhan otonom dalam tubuh kita. Fungsi ini memungkinkan kita melakukan hal-hal tertentu tanpa berpikir tentang bagaimana cara melakukanya. Di wilayah ini, kita mengenal kecakapan-kecakapan alami dan kecakapan-kecakapan yang mula-mula kita pelajari dan kemudian kita menjadi hapal “di luar kepala”. Kecakapan alami, misalnya, jika kita terluka lecet, bagian yang lecet itu akan memulihkan dirinya sendiri, menangis ketika tersakiti, dan lain-lain. Sementara hal-hal yang dipelajari dan kemudian menjadi kecakapan “di luar kepala itu”, msailnya: kita bisa menuliskan nama kita sendiri tanpa berpikir, mengikat tali sepatu, mengenakan baju, menggaruk bagian tubuh yang gatal, dan sebagainya.

    Fungsi ketiga bawah sadar ini juga memungkinkan kita melakukan beberapa pekerjaan secara bersama-sama dalam satu waktu. Misalnya, orang bisa mengemudi sambil menelepon, makan sambil menonton televisi, dan sebagainya.
Dalam terapi, kita mementingkan bawah sadar
Dalam materi sebelumnya, kita sudah membahas tentang tindakan “mencoba” yang biasanya justru mempersulit keadaan. Karena tindakan mencoba itu dilakukan dengan keterbatasan-keterbatasan pikiran sadar. Ia tidak mungkin menjangkau apa yang tersimpan di lapisan bawah sadar.

Namun, anda perlu selalu ingat bahwa bagaimanapun, pasien selalu ingin melibatkan pikiran sadarnya. Dalam terapi juga seperti itu. Ia ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh terapis, mengalanisa, atau melawannya. Karena itu seringkali kita akan berhadapan dengan pasien yang berkecenderungan resisten, atau yang menganalisa segala hal, dan yang secara sadar tidak punya keyakinan bahwa terapi bisa dijalankan secara berhasil untuk mengatasi masalahnya. Yang terakhir ini sering terjadi pada orang yang sudah putus asa.

Jadi, dengan kecenderungan tersebut, keterbatasan pikiran sadar pasien ini sering menghalangi keberhasilan terapi. Masalahnya, kebanyakan pasien senang berpartisipasi secara sadar dalam proses terapi. Ini hal yang alami, mengingat sejauh ini ia selalu mencoba mengatasi masalahnya secara sadar.

Karena itu, menerabas fungsi kritis pikiran sadar adalah langkah awal yang penting bagi keberhasilan terapi. Ada baiknya anda menyodorkan gagasan tentang pikiran sadar dan bawah sadar kepada pasien, tentang fungsi kedua pikiran tersebut, dan kemudian anda mengecilkan kemampuan pikiran sadar sambil memberi penghargaan kepada kemampuan luar biasa bawah sadar.

Ini penting anda lakukan untuk menyadarkan pasien bahwa jika pasien tahu secara sadar bagaimana cara untuk menjadi baik, maka ia tidak perlu datang ke terapis. Ia datang untuk terapi karena pikiran sadarnya tidak mampu menemukan solusi.

Untuk mengecilkan pikiran sadar dan memberi penghargaan kepada kemampuan bawah sadar, Milton Erickson sering secara enteng mengatakan dalam induksi trance, “Aku tidak peduli pada pikiranmu. Aku hanya peduli pada bawah sadarmu. Karena itu pikiranmu boleh melayang ke mana pun atau tidur saja jika kelelahan. Yang terpenting adalah kau memastikan bahwa sadarmu tetap terjaga dan menangkap suaraku...”

Tterus saja anda kecilkan pikiran sadar dan anda beri perhatian lebih kepada bawah sadar. Kadang pasien merespons sugesti tertentu dari terapis masih dengan melibatkan kesadarannya. Jika anda menjumpai pasien anda begitu, misalnya ketika ia mengangguk tetapi masih mengangguk secara sadar, sementara yang anda inginkan adalah anggukan bawah sadar, anda bisa mengatakan, “Tidak dengan pikiranmu. Aku hanya peduli pada bawah sadarmu dan tidak berurusan dengan pikiranmu.”

Itu cara tidak langsung untuk mendorong pasien mengistirahatkan pikiran sadarnya. Dan sugesti tidak langsung seperti itu akan membuat pasien melakukan pencarian internal untuk mengoreksi kesalahan gerakannya. Dan ia baru bisa mengoreksi kesalahannya itu dengan cara sepenuhnya memasuki trance.

Otak Kiri dan Otak Kanan; Otak Depan dan Otak Belakang
Alternatif bagi pikiran sadar dan bawah sadar adalah otak kiri dan otak kanan. Atau, jika mengikuti Erickson, kita bisa menggunakan istilah otak depan dan otak belakang.

Ini kita perlukan sekiranya kita berhadapan dengan pasien yang analitis dan susah menerima penjelasan tentang pikiran, semata-mata karena pikiran adalah sesuatu yang tidak terjamah. Bagi mereka mungkin lebih bermanfaat kita bicara tentang otak, sebagai sebuah organ tubuh. Otak punya dua belahan, kanan dan kiri. Ini fakta. Orang yang paling ngeyel pun tidak akan menolak fakta tentang belahan kiri dan kanan otak dan fungsi-fungsi berbeda yang dijalankan oleh masing-masing belahan otak tersebut.

Otak kanan dipandang sebagai otak kreatif, imajinatif, dan pemimpi. Otak kiri dipandang sebagai otak yang analitis, logis, dan menangani urusan-urusan penalaran. Dalam kaitan dengan istilah sadar dan bawah sadar, kita bisa menyampaikan bahwa otak kanan lebih banyak berperan dalam proses-proses bawah sadar dan otak kiri lebih banyak bertanggung jawab untuk pemikiran-pemikiran sadar.

Sugesti tak langsung sebagai perangkat untuk berkomunikasi dengan bawah sadar
Kita telah membahas cukup rinci tentang kenapa perlu melumpuhkan pikiran sadar pasien. Materi ini akan ditutup dengan sedikit uraian tentang perlunya kita terus-menerus menjalin kedekatan dengan bawah sadar pasien.

Jadi, selagi kita “memberi kebebasan” kepada pikiran sadar untuk kelayapan ke mana saja dan melakukan apa saja atau bahkan tidak usah melakukan apa-apa, kita mendekatkan diri kepada pikiran bawah sadar pasien. Dengan menjadikan diri lebih dekat dengan bawah sadar pasien (otak kanan), kita menghindar dari penolakan pikiran sadar atau sabotase yang kadang muncul dari pikiran sadar pasien tentang metode yang dijalankan. Hanya dengan mengembangkan kedekatan dengan bawah sadar pasien, maka kita bisa membantu pasien dan mengakses bagian tertentu dari bawah sadar yang memunculkan masalah dan mempertahankan masalah tersebut Dalam hal ini, ingatlah kembali materi tentang negosiasi dengan bagian-bagian bawah sadar.

Salam,
A.S. Laksana