Hari ke-33 : Hasil Sekunder

Materi ke-33
Hasil Sekunder

Hasil sekunder adalah manfaat yang didapat dari munculnya problem. Seorang pasien mungkin mendapatkan perhatian dari seluruh anggota keluarga ketika ia memiliki simptom tertentu. Kadang menyingkirkan problem bisa berarti menghilangkan perhatian yang didapat karena adanya problem itu. Hasil sekunder ini menunggangi problem yang muncul. Di tingkat sadar, orang mungkin berpikir untuk menyelesaikan problemnya. Namun, di tingkat bawah sadar, ia mungkin ingin mempertahankan problem tersebut karena ada keuntungan yang ia dapatkan dari problem tersebut.

Pertanyaan untuk Mendeteksi Adanya Hasil Sekunder
Saya sering mengajukan pertanyaan, ketika pasien dalam keadaan trance, dalam kalimat seperti ini:

“Apakah bawah sadar anda mau menyampaikan manfaat positif problem anda kepada orang lain, kepada saya, tanpa diketahui oleh pikiran sadar anda?”

Jika pasien mengangguk, anda tinggal menunggu waktu ia siap menyampaikan hasil sekunder atau manfaat positif yang ia dapatkan dari problem/simptomnya. Jika pasien menggeleng, anda tetap mendapatkan jawaban bahwa ia menyimpan manfaat positif dari simptomnya.

Jadi, apa pun jawaban pasien, menggeleng atau mengangguk, anda bisa memastikan satu hal: pasien menyimpan manfaat positif di dalam problemnya. Entah apa pun manfaat itu, entah apa pun problem itu.

Seorang pasien saya, ibu setengah baya yang punya masalah sakit kepala parah, menjawab pertanyaan di atas dengan gelengan kepala pelan, terus-menerus. Saya melanjutkan dengan pertanyaan di bawah ini:

“Oke, jadi bawah sadar anda ingin menyimpan manfaat positif itu untuk dirinya sendiri? Ia bahkan tidak ingin pikiran sadar anda tahu?”

Ia mengangguk pelan.

“Sekarang, apakah manfaat positif itu bisa didapatkan dengan cara lain sehingga kepala anda tidak harus menjalankan tugas yang menyakitkannya?”

Dari percakapan di level bawah sadar dengan pasien itu, akhirnya saya mendapati bahwa meskipun ia datang karena terganggu oleh sakit kepalanya, tetapi sesungguhnya itu ketergangguan di tingkat pikiran sadar. Sementara di tingkat bawah sadar ia tetap ingin mempertahankan sakit kepalanya karena ada keuntungan yang ia dapatkan dari simptom tersebut.

Maka sesi berlanjut dengan pikiran bawah sadar pasien tetap ingin mempertahankan sakit kepalanya. Ia jelas mendapatkan manfaat positif dari simptom itu, karena itulah ia tidak mau ketika saya menanyakan apakah manfaat positif yang ia dapatkan itu bisa diganti dengan hal lain, misalnya rasa gatal di siku, atau nyeri di jari kelingking yang lebih mudah ditangani.

Dengan pasien yang masih tetap memiliki kebutuhan untuk mempertahankan problemnya (sakit kepala), karena ia mendapatkan keuntungan dari hal itu, maka saya harus menggunakan strategi terapi yang sesuai dengan kebutuhan pasien tersebut. Terhadap pasien itu saya akhirnya menerapkan stategi DISTORSI WAKTU, sebagaimana yang sudah disampaikan pada materi ke-6 kursus ini.

Pasien diminta merasakan sakit kepala berjam-jam seperti yang sejauh ini ia alami, tetapi dalam waktu yang sebenarnya, ia hanya mengalami sakit kepala selama beberapa menit. Pada perkembangan selanjutnya, ia semakin bisa memperpendek waktu menjadi hanya beberapa detik.

Teknik ini dijalankan sampai akhirnya ia tidak lagi membutuhkan sakit kepala itu dan menggantinya dengan hal lain yang lebih positif dan kontruktif untuk mendapatkan manfaat yang semula ia dapatkan dari sakit kepala itu. (Ingat contoh kasus pada Materi ke-6: Distorsi Waktu)

Beberapa Pertimbangan tentang Hasil Sekunder
Ketika membantu pasien mengatasi masalahnya, penting bagi anda untuk mencoba mengidentifikasi hasil sekunder yang didapat oleh pasien dari masalah tersebut. Dan anda sebaiknya menangani hal itu juga. Anda harus menggeser kebutuhan terhadap hasil sekunder itu ke hal lain.

Pada titik ini anda tetap harus mengumpulkan informasi selengkap-lengkapnya. Dengan informasi minimal anda tidak akan bisa memberi saran yang memuaskan kepada pasien. Dan itu bisa menghambat keberhasilan terapi anda.

Solusi bisa disampaikan dalam bentuk metafora, analogi, tugas tertentu, atau sugesti tak-langsung. Seringkali, anda harus cukup sabar untuk menghadapi pasien yang seperti ini. Saran, nasihat, atau penafsiran yang disampaikan tergesa-gesa mungkin akan berbenturan dengan keyakinan atau kebutuhan pasien.

Hal lain yang perlu anda perhatikan adalah pola perilaku pasien. Ketika anda mencoba menemukan solusi yang tepat, anda seharusnya memperhatikan pola perilaku pasien anda. Jadi, dalam tahap mengumpulkan informasi, kenalilah pola mengenai tanggal, perilaku, tindakan, dan sebagainya yang berkaitan dengan simptom pasien anda.

Yang tak kalah penting, sebisa mungkin anda harus meminimalisir penggunaan kata “problem” atau “masalah” kepada pasien. Kata “problem” memiliki konotasi negatif. Alih-alih mengulang-ulang kata tersebut, tekankan perubahan positif dalam kehidupan seseorang. Anda perlu yakin dan optimistis terhadap kemampuan pasien untuk berubah.

Dalam metafora Erickson, anda menjumpai seekor kuda yang sudah beberapa hari tersesat di semak belukar. Ia tidak bisa pulang ke kandangnya dan anda tidak tahu di mana alamat pemilik kuda itu. Maka, yang anda lakukan adalah membawa kuda itu ke jalan. Ketika kuda itu berada, ia akan memiliki ingatan untuk pulang ke kandanganya.

Salam,
A.S. Laksana

***

PEMBAHASAN DAN SARAN UNTUK LATIHAN:
Perhatikan formulasi pertanyaan yang saya sampaikan pertama kali kepada pasien dalam contoh di atas. Yang saya tanyakan adalah:

“Apakah bawah sadar anda mau menyampaikan manfaat positif problem anda kepada orang lain, kepada saya, tanpa diketahui oleh pikiran sadar anda?”

Tekanannya pada “...mau menyampaikan manfaat positif problem anda....” Artinya, tak peduli ia menggeleng atau mengangguk, ia membenarkan bahwa ada manfaat positif dalam problemnya. Hanya ia mau atau tidak mau menceritakan.

Dalam kasus pasien saya tersebut, ia menggeleng dan pertanyaan saya selanjutnya dimaksudkan untuk menegaskan bahwa manfaat positif itu benar-benar ada. “Oke, jadi bawah sadar anda ingin menyimpan manfaat positif itu untuk dirinya sendiri? Ia bahkan tidak ingin pikiran sadar anda tahu?”

Akan lain hasilnya jika anda menggunakan pertanyaan, “Apakah menurut anda ada manfaat positif pada problem anda?” Dengan pertanyaan ini, jika ia mengangguk, anda bisa meneruskan. Tetapi jika ia menggeleng? Anda kehilangan arah.

Berkaitan dengan materi kali ini, yang perlu anda latih adalah membuat formulasi-formulasi pertanyaan yang memerlukan jawaban anggukan (ya) atau gelengan (tidak), tetapi apa pun jawaban pasien anda, keduanya adalah membenarkan apa yang anda tanyakan.