Awal tahun 2004 saya mendapat sebuah kesempatan emas untuk lebih dekat dengan hipnotis. Seorang rekan saya memersilakan saya untuk mengikuti sebuah pelatihan hipnotis yang diadakan di kota Semarang. Saya datang bukan sebagai peserta tapi sekedar mendapat tugas melakukan dokumentasi ringan. Apapun namanya, saya ikut serta dalam kegiatan pelatihan yang berlangsung selama tujuh jam tersebut.
Pelatihan ini tergolong unik karena menghadirkan tiga orang instruktur sekaligus dengan spesialisasi masing-masing. Instruktur pertama yang juga merupakan seorang psikiater terkenal di kota tersebut membawakan materi dan teori hipnosis pada sesi awal pelatihan. Sesi kedua di isi oleh instruktur yang ahli di bidang induksi hipnosis panggung dan inilah sesi yang paling menarik perhatian saya karena setiap peserta kemudian praktik secara acak untuk saling menghipnosis dengan induksi yang baru dipelajarinya. Saya sangat kagum karena para peserta tersebut hampir 100 % bisa membawa rekannya menuju trance hipnosis, tentunya dibuktikan dengan berbagai tes yang saya belum paham namanya. Saya bukan peserta, jadi tidak punya pasangan untuk praktik. Sesi terakhir di isi dengan materi hipnosis dari sudut pandang konsep tradisional dan metafisik. Percayalah dengan pengalaman saya di SLTP dulu membuat sesi terakhir yang sebenarnya sangat menarik menjadi kurang saya perhatikan.
Singkatnya hari itu saya mendapat banyak sekali pengetahuan baru tentang hipnotis. Saya juga baru tahu kalau hipnotis itu ternyata adalah julukan untuk orang yang menggunakan teknik hipnosis. Sedikit penyesalan muncul dalam diri saya karena dulu telah menghabiskan waktu yang panjang bahkan mengorbankan kesehatan mata saya untuk suatu hal yang tidak jelas dan sia-sia. Sedangkan dengan mata kepala sendiri saya menyaksikan peserta pelatihan hipnosis modern bisa menghipnosis dengan mudah tanpa latihan pandangan mata, kekuatan pikiran atau bahkan doa.
Keesokan harinya saya bergegas kembali menuju Yogyakarta dengan membawa pengalaman baru, pengetahuan baru dan kumpulan hand out pelatihan dasar hipnosis yang saya simpan dalam tas. Yang muncul dipikiran saya adalah saya harus segera mempraktikkan semua teknik hipnosis yang baru saya dapatkan. Sesampainya saya di tempat kos-kosan saya tidak menemukan siapapun untuk berlatih. Saya datang paling awal setelah liburan. Tidak masalah bagi saya karena masih bisa sabar menunggu teman-teman keesokan harinya. Hari berikutnya tepatnya pada sore hari rumah kos sudah mulai ramai tetapi wajah lelah mereka membuat saya mengurungkan niat untuk menjalankan rencana.
Seminggu, dua minggu dan seterusnya saya belum berani mengutarakan niat saya pada teman-teman. Akhirnya hampir dua bulan sejak saya mengenal hipnosis modern, saya belum juga mempraktikkan satupun dari berbagai teknik yang saya ingat. Bersama dengan berjalannya waktu dan kesibukan saya dalam perkuliahan akhirnya hipnosis saya lupakan. Tidak ada lagi semangat membara untuk praktik bahkan saya semakin ragu apakah hipnosis modern benar-benar semudah yang saya lihat sebelumnya ataukah saya yang terlalu berharap banyak. Saya sama sekali tidak tahu.