Memanfaatkan Potensi Subconscious Mind

Semua manusia yang dilahirkan di dunia ini, mempunyai potensi untuk menjadi manusia yang cerdas. Tapi kenyataannya tidak seperti itu, dimana letak permasalahannya? Hal ini dapat kita jawab dengan mempelajari system atau cara bekerjanya otak kita. Tentunya Allah menciptakan manusia di dunia ini lengkap beserta dengan “manualnya”. Ibarat sebuah computer atau alat elektronik, kreatornya akan selalu menyertakan petunjuk cara pemakaiannya agar supaya computer atau alat elektronik tersebut dapat berfungsi secara maksimal.

Secara sederhana, pada manusia dikenal adanya Conscious Mind (pikiran sadar) dan Subconscious Mind (pikiran bawah sadar), tapi ada juga yang membaginya menjadi 3 bagian. Tingkah laku kita sangat ditentukan oleh kedua potensi ini. Tapi subconscious mind (88%) lebih berperanan dibanding conscious mind kita (12%). Sehingga pada saat kita berpikir atau bertindak, dengan hanya mengandalkan potensi pikiran sadar kita, berarti kita baru menggunakan 12% dari seluruh potensi yang kita miliki.

Bagaimana menjelaskan potensi pikiran bawah sadar kita begitu besar, hal ini disebabkan karena di dalam pikiran bawah sadar terdapat beberapa unsur yang sangat penting yaitu gudang memori, kebiasaan baik atau buruk (habit), nilai-nilai (value), belief system, kreativitas dll. Tapi hal ini tidak berarti, pikiran sadar kita tidak mempunyai peranan sama sekali. Pikiran sadar berfungsi memfilter atau menyaring informasi yang masuk dan menentukan apakah perlu disimpan di subconscious mind atau tidak, jadi pikiran sadar memproteksi pikiran bawah sadar kita. Bagian dari pikiran sadar kita yang berfungsi seperti itu dikenal sebagai faktor kritis (critical factor). Faktor kritis ini berfungsi secara otomatis. Sayangnya, faktor kritis ini juga mempunyai nilai negative karena sugesti yang baik pun dapat ditolaknya jika sugesti tersebut bertentangan atau tidak sesuai dengan values atau belief system seseorang.

Untuk dapat memanfaatkan potensi bawah sadar, kita harus dapat mengatasi faktor kritis seseorang terlebih dulu. Salah satu caranya yaitu dengan rileksasi dan rileksasi dapat diperoleh dengan proses hypnosis. Sehingga pada saat seseorang dalam kondisi rileks, dia akan dengan mudahnya memanfaatkan potensi bawah sadarnya. Seorang pelajar akan dengan mudahnya untuk menerima proses pembelajaran, akan mudah untuk mengingat, lebih kreatif dalam memecahkan suatu masalah atau problem dan akan sangat mudah mengakses kembali pelajaran yang telah dipelajarinya dll. Kondisi rileks ini sangat penting untuk seorang pelajar, karena dalam kondisi seperti inilah, otak akan bekerja maksimal dan tentunya memperbesar kemungkinan kesuksesan seorang pelajar. Mungkin kita masih ingat cerita tentang Isaac Newton, sang penemu Hukum Newton, Dia menemukan hukum tersebut tidak pada saat belajar di kuliah atau di perpustakaan tapi dia menemukannya saat berbaring di bawah pohon apel. Jadi dia menemukannya pada saat rileks atau mungkin kalian pernah merasakan saat selesai ujian, Anda merasa paling pintar, semua soal-soal yang telah diberikan baru bisa terjawab atau teringat setelah ujian, kenapa pada saat ujian kita semua merasa “blank”? hal itu karena pada saat ujian kita tidak dalam kondisi rileks atau santai alias terlalu tegang, tapi pada saat selesai ujian kita sudah kembali rileks, sudah dapat tertawa, sehingga pikiran bawah sadar kita baru dapat diakses. Bayangkan jika hal ini terjadi pada saat ujian akhir atau saat menghadapi ujian masuk perguruan tinggi, tentu hasil yang akan kita dapat tidak maksimal. Jangan heran jika ada beberapa siswa yang berprestasi di kelas, tidak lulus ujian akhir.

Oleh karena itu, seorang siswa selain dibekali dengan kemampuan akademik juga sebaiknya diajarkan atau diperkenalkan cara memanfaatkan potensi subconscious mind. Hal inilah yang mendasari program pembelajaran berbasis Mind Technology atau Mind programming yaitu suatu system pembelajaran untuk memfaatkan potensi pikiran bawah sadar siswa (subconscious mind). Di samping itu, program ini juga dapat merombak mental block siswa terhadap suatu mata pelajaran. Tidak jarang didapatkan seorang siswa mempunyai nilai yang jelek untuk satu mata pelajaran tertentu akibat suatu hal yang bersifat psikis/mental.