Transformational Vocabulary

Beberapa waktu lalu, saya menemukan sebuah buku NLP di Gramedia yang mengulas sedikit mengenai sebuah istilah Transformational Vocabulary. Untuk bisa menjadi hidup lebih baik maka sebaiknya kita melakukan transformasi terhadap kosa kata kita. Buatlah sebuah list kata-kata yang tidak memberdayakan atau negative feeling menjadi sesuatu yang lebih positif misalnya kata-kata marah, jengkel, benci, malas diubah menjadi kata-kata yang memberdayakan. Mungkin ini suatu hal yang biasa saja bagi beberapa rekan yang sudah belajar NLP namun sudahkah kita melakukannya. Suatu pengetahuan akan dikatakan bermanfaat kalau dipraktekkan atau diaplikasikan di dalam keseharian, lakukanlah terhadap diri sendiri baru berpikir merubah orang lain.

Seiring dengan hal tersebut, saya teringat tehadap sebuah kata yang sering terdengar di kantor atau tempat kerja kita, tempat dimana terdapat hubungan antara atasan (bos) dengan bawahan. Kata tersebut adalah “ditegur”, bagaimana perasaan Anda saat mendengar kata tersebut, mungkin tiba-tiba perasaan kita menjadi tidak nyaman. Dalam konteks kalimat, mungkin berupa “ Tadi pagi saya ditegur oleh atasan saya”. Padahal sang atasan tidak pernah satu kalipun mengucapkan kata tegur terhadap kita, sebenarnya yang terjadi adalah sang atasan hanya menyampaikan sesuatu hal kepada kita, tapi kita mempersepsikannya dengan ditegur, berarti kata tersebut telah mengalami proses distorsi di dalam pikiran kita. Barangkali akan lebih baik menggantinya dengan kata yang lebih netral misalnya menyampaikan atau memberitahukan. Saat kita mulai mengganti kata tersebut, rekan-rekan bisa merasakan sendiri perubahannya. Demikian pula saat teman kerja sharing dengan kita. Lakukan perubahan dan lihat hasilnya.

Seharusnya dengan belajar NLP, kita harus lebih bisa mengontrol state yang kita miliki. Tidak boleh ada sesuatu apapun atau perkataan yang bisa mengontrol emosi kita atau yang mengintimidasi kita. Kita harus bisa lebih bebas menentukan pilihan. Itulah sebenarnya makna “Personal Freedom” menurut Richard Bandler. Semoga bermanfaat!.