Pola-Pola Positif dan Negatif dalam Sugesti
Dalam materi kali ini, kita masih akan berurusan dengan truisme. Dan pasti kita akan sangat sering berurusan dengan truisme karena ia memang pola dasar sugesti hipnotik.
Sekarang kita kembali dulu ke prinsip kerjasama dalam sesi hipnosis. Jadi, hipnosis adalah kerjasama antara subjek dan operator. Kerjasama akan berjalan mulus jika subjek bisa menyepakati sugesti-sugesti dari operator.
Jika yang terjadi sebaliknya, maka sesi hipnosis anda akan berjalan tersendat-sendat. Ini akan terjadi ketika anda menghipnotis subjek yang resisten dan pendekatan anda tidak berhasil menyingkirkan atau melumpuhkan resistensinya.
Karena itu bisa dimengerti kenapa pola dasar bahasa hipnotik adalah truisme. Dengan truisme anda menyampaikan pernyataan-pernyataan yang sudah jelas kebenarannya, atau sesuatu yang sudah pasti akan terjadi. Pernyataan-pernyataan seperti ini hanya bisa dibenarkan oleh subjek.
Misalnya anda mengatakan, “Orang bisa bermimpi ketika tidur dan lupa apa mimpinya ketika ia bangun tidur.”
Itu pernyataan yang seratus persen benar dan akrab dalam pengalaman sehari-hari subjek. Hampir semua orang pernah mengalaminya, bermimpi ketika tidur dan lupa mimpinya ketika ia bangun tidur. Yang tidak disadari oleh subjek, dalam pernyataan tersebut ada sugesti untuk lupa apa saja saat ia dibangunkan dari “tidur hipnotik”-nya nanti. Dan sugesti itu ditangkap dan dijalankan oleh bawah sadar.
Pola Positif
Pola sugesti positif adalah sebuah cara anda untuk mendapatkan persetujuan terus-menerus dari subjek. Jika subjek selalu bisa membenarkan setiap pernyataan anda, maka ia akan terbawa ke dalam kondisi untuk menyepakati anda.
“Yes Set” adalah jenis sugesti yang anda gunakan untuk membuat subjek bisa selalu menyepakati anda. Dan itu tidak lain adalah bagian dari truisme juga. Nanti kita akan bicarakan. Sekarang kita perjelas lebih dulu truisme.
Pernyataan-pernyataan di bawah ini adalah contoh-contoh tentang truisme:
“Seburuk apa pun kehidupan seseorang, ia punya pengalaman bahagia, dan sebahagia apa pun orang ia punya saat-saat buruk juga.”
“Orang bisa duduk di sebuah ruangan dan melamun... melihat dirinya pada situasi lain, tempat lain, waktu lain sebebas pikiran membawanya... mungkin di sebuah pantai... padahal ia hanya duduk saja di teras rumah.”
“Dan ketika kau tidur lelap, semua suara hilang dari pendengaranmu.”
“Dan, kautahu, sebuah lagu tertentu yang kaudengar tanpa sengaja bisa tiba-tiba membawamu ke satu situasi tertentu... membangkitkan perasaan tertentu... sebab kau punya kenangan khusus dengan lagu itu.”
“Orang bisa mengatakan ya ketika ingin mengatakan tidak, dan sebaliknya, bisa mengatakan tidak ketika sesungguhnya ingin bilang ya.”
Sugesti-sugesti di atas tidak mungkin disangkal oleh subjek dan hanya bisa dibenarkan. Semuanya secara spontan akan membuat subjek melakukan identifikasi dengan pengalamannya sendiri. Sebetulnya itulah pesan implisit yang disampaikan melalui truisme-truisme tersebut, yakni agar subjek melakukan pencarian dalam dirinya untuk bisa membenarkan pernyataan-pernyataan itu.
Truisme juga bisa berkaitan dengan kejadian yang pasti akan terjadi. Misalnya, anda menyampaikan:
“Cepat atau lambat, kelopak mata anda akan terpejam, ketika tiba waktunya.”
Pernyataan ini benar seratus persen. Maka ketika subjek benar-benar mengalami apa yang diomongkan, efeknya pada diri subjek adalah itu terjadi karena sugesti anda.
“Mungkin akan didahului dengan satu kedipan pelan, atau mungkin dua tiga kali kedipan cepat, sebelum ia benar-benar terpejam.”
Ini juga benar seratus persen. Anda tahu, setelah beberapa lama membuka mata, orang pasti akan mengedipkan matanya. Dan anda menyebutkan hal itu sebelum peristiwanya berlangsung. Jadi, anda menunggangi peristiwa yang pasti terjadi untuk memberi efek bekerjanya sugesti anda.
Truisme lainnya adalah penyampaian ide-ide untuk mendorong munculnya fenomena tertentu pada subjek (ideodinamik).
Anda bisa mengatakan:
“Banyak orang bisa merasakan tangan yang satu lebih ringan dan karenanya tangan yang satunya menjadi lebih berat.”
“Kau bisa merasakan kesejukan yang menyenangkan ketika berada di tengah hembusan angin semilir.”
“Ketika orang mengingat pengalaman memalukan, mukanya bisa menjadi merah.”
“Orang bisa bermimpi ketika tidur, dan lupa apa mimpinya ketika ia bangun tidur.”
Yang perlu anda perhatikan, ketika anda menyampaikan kalimat-kalimat truisme, anda menyampaikannya secara enteng saja seolah-olah menyampaikan sebuah fakta. Itu akan membuat pernyataan anda terdengar meyakinkan.
Menyampaikan secara ringan saja, seperti menyampaikan fakta, adalah cara Erickson menyampaikan sugesti-sugestinya. Ia seperti tanpa pretensi saat menyampaikannya, seperti tanpa niat untuk mempengaruhi, dan hanya menunjuk-nunjukkan “fakta” yang umum berlaku. Dan, anda tahu, itu adalah sikap terbaik untuk mendorong subjek menerima sugesti atas kemauannya sendiri.
Satu contoh lagi, rangkaian truisme dalam sebuah induksi.
Orang bisa merasakan kenyamanan di kursinya.Dan hanya duduk nyaman.Ya, seperti itu.Ia bahkan tidak menyadari bahwa pikirannya bisa melayang ke mana pun.Itu terjadi begitu saja ketika kau melamun.Kau duduk di kursidan pikiranmu melayang di suatu tempat yang kausukai,kau bisa pergi ke sebuah tempat denganpemandangan air yang menyenangkan....
Kalimat demi kalimat di atas adalah bentuk-bentuk truisme. Orang hanya bisa mengakui kebenarannya. Dan semuanya mengandung pesan tak langsung.
Membuat subjek selalu sepakat: “Yes Set”
Dalam sesi hipnosis, hal sangat penting yang harus anda lakukan adalah membuat subjek selalu menyepakati sugesti anda. Jika anda bisa melakukannya, subjek akan bisa menerima gagasan anda dan itu memudahkan ia mempercayai anda.
Bayangkan jika yang terjadi sebaliknya, subjek anda terus-meerus melawan sugesti anda. Sesi anda sulit berhasil jika subjek tetap mempertahankan resistensi terhadap anda dan semua sugesti anda, bukan?
Sebaliknya, jika subjek terdorong untuk bersikap positif dalam sesi resistensinya akan berkurang. Ia akan bisa menerima gagasan-gagasan anda. Dalam sesi terapi, ini memungkinkan keberhasilan karena subjek terbuka untuk menerima perubahan.
Sugesti “Yes Set” adalah cara paling simpel untuk melemahkan resistensi subjek. Jika anda bisa berkali-kali membuat subjek mengatakan “ya”, maka itu akan membuat subjek terkondisi untuk mengiyakan anda. Dan itu adalah sikap positif yang memang diharapkan dalam keberhasilan sesi anda. Dengan cara itu, subjek akan lebih mudah menerima sugesti-sugesti anda.
Jika subjek bisa menyepakati anda, dengan mengatakan “ya”, itu pertanda anda dan dia secara velbal (lisan) bisa nyambung. Kerjasama dengannya kemungkinan akan berjalan mulus.
Anda bisa menerapkan “Yes Set” dengan cara yang sangat sederhana. Jika ia datang meminta dihipnotis, anda bisa menanyakan, misalnya, “Jadi, Bram, kau ingin merasakan pengalaman trance?” Subjek pasti akan menjawab ya, karena memang itulah salah satu tujuannya datang ke tempat anda.
Untuk menerapkan “Yes Set”, aturannya mudah: Jangan pernah menyampaikan pertanyaan yang anda belum tahu jawabannya. Sampaikan saja pertanyaan yang anda sudah tahu bahwa subjek pasti akan menjawab “ya”. Pertanyaan anda tidak perlu ambisius, atau harus pertanyaan-pertanyaan besar. Tetapi jangan juga terlalu melebar ke urusan yang tidak ada kaitannya dengan sesi hipnosis. Sampaikan saja hal-hal yang berhubungan dengan sesi hipnosis dan berbasis pada pengalaman subjek dan urusannya dengan anda dalam sesi ini.
Contoh lain: “Aku ingin sesi ini berjalan nyaman. Kau pasti juga pasti berharap begitu. Karena itu aku perlu tahu, Bram, kau bisa merasa cukup nyaman di kursi itu? Setidaknya kau bisa merasa nyaman?”
Jadi, untuk menanamkan sikap positif pada subjek, anda perlu membuatnya sebanyak mungkin mengatakan “ya” atau menganggukkan kepala.
Saya sendiri lebih suka dengan jawaban isyarat, dalam hal ini mengangguk atau menggelengkan kepala. Pada permulaan sesi, subjek bisa memberikan jawaban lisan “ya”. Namun, ketika subjek sudah tampak di ambang trance, saya akan memintanya menjawab dengan isyarat saja.
Jawaban dengan isyarat akan lebih mudah disampaikan bahkan ketika nanti subjek sudah memasuki trance. Ia tidak harus mengeluarkan suara yang mungkin akan mengganggu prosesnya menuju trance yang lebih dalam.
Memunculkan Jawaban “Tidak”
Namun perlu diingat juga, jika anda terus-terusan mengajukan pertanyaan yang membuat subjek menjawab ya atau menganggukkan kepala, ia mungkin bisa menjadi tidak nyaman atau curiga. Karena itu sesekali anda perlu juga menyampaikan pertanyaan yang akan dijawab secara lisan dengan “tidak”, tetapi jawaban tersebut secara implisit sesungguhnya menyetujui anda.
Misalnya, ketika subjek terus membuka mata dan anda berharap ia memejamkan mata, anda bisa saja mengatakan: “Kau tidak berniat tidur dengan mata terbuka, kan?”
Atau: “Jadi, Budi, kau tidak ingin memasuki trance buru-buru, kan?”
Di sini Budi akan berkesempatan menjawab dengan “tidak”, tetapi itu adalah jawaban “tidak” yang memperlihatkan persetujuannya dengan anda.
Pertanyaan semacam itu akan mempertahankan penerimaan subjek terhadap anda, tetapi ia mendapat kesempatan untuk menyampaikan tidak. Ini akan menetralisir perasaan tidak nyaman subjek yang mungkin akan muncul jika ia terus-menerus harus menjawab “ya”. Jika klien harus selalu menjawab ya, ia akan curiga sedang dipaksa menyetujui apa saja yang anda sampaikan.
Tag Question
Secara kebahasaan, pertanyaan dengan tag question terlalu rumit bagi pikiran sadar klien untuk mencernanya. Karena itu, subjek akan merespons dengan cara yang paling tidak memeras pikiran, yakni mengangguk atau mengatakan ya.
Dalam bahasa Inggris, anda akan mendapati kalimat, “So, Pram, you would go into trance today would you not?” Atau, “You can, can you not?” Atau, “You are, are you not?” Atau, “You can enjoy your comfortable, can you not?”
Ketika subjek mendengarkan kalimat-kalimat tanya semacam itu, ia kemungkinan akan sulit melawannya. Ini karena tag question sudah mengandung penyangkalan dalam dirinya. Dan penyangkalan tersebut sudah disampaikan sendiri oleh terapis, sehingga diam-diam itu cocok dengan subjek yang mungkin masih menyimpan penyangkalan.
Tetapi tag question juga tidak bisa digunakan terlalu sering. Ia hanya cukup dimunculkann sesekali pada saat yang tepat. Biasanya ketika terapis menghendaki penegasan komitmen dari subjeknya.
Sayangnya, tatabahasa kita tidak mengenal struktur tag question semacam ini. Jadi, untuk kepentingan yang sama, anda hanya bisa mengambil idenya dan menerapkannya dengan kalimat anda sendiri.
Misalnya, “Kau, Pram, tentunya tidak akan memasuki trance sampai kau siap, bukan begitu?” Atau, “Kau kadang mengangguk ketika kau tidak setuju, kau setuju?”
Salam,
A.S. Laksana